Jumat, 20 Januari 2017

BULETIN SEVENTEEN : Kisah Hati - Setitik Embun di Ruang Terbuka Hijau

Seorang Anak datang kepada saya dengan wajah yang sedih. Raut wajahnya kusam dengan mata memerah. Mungkin melihat saya lagi santai setelah mengajar. Dia mendekati dengan salam yang sangat terbatah-batah. Banyak cerita yang terlantun dengan lirik yang menyentuh hati saya. Penderitaannya begitu dalam akan penghinaan dan penghiatan seseorang yang sangat dia kasihi. Menurutnya ambisi, ego dan penindasan dari orang itu telah menutup semua hati kecil dan mengguyah imannya sendiri.
Setelah semua reda dalam keluh kesah akupun berkata.

Semoga kamu mendapatkan kemudahan
Agar hati mnjadi riang
Setelah usaha memang harus ihtiar
Doa dan semangat adalah harapan
Namun Allah yang menentukan
Senyumlah nak, selagi itu masih meronahkan wajah cantikmu
Agar orang paham
Kamu adalah perempuan yang tegar dan kuat


Sudah saatnya kalian berteman saja.
Sebab dia tidak lagi membutuhkan seorang sahabat.
Mungkin karena telah lama kalian bersahabat.
         Dia mungkin telah bosan dan tidak mau lagi bercanda seperti dulu.

 Ingatlah nak...

Jangan sebut kaki kalau tidak ada tungkainya.
Sejauh apa dia melangkah.
Setinggi apa dia meraih.
Walaupun Seluas langit ketujuh dia membentangkan sayap.
Dia tidak tidak bisa membeli surga dengan tingkahnya kepadamu
Tapi canmkanlah nak...
Salah satu penghuni surga itu adalah kamu....anakku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELAS BERCERITA DALAM TAMU SAGA

  Bukan Pelajaran Bahasa atau Seni. Ini tentang sains dalam mendorong numerasi dan literasi dilingkungan sekolah. Ketika rapor pendidikan me...