Rabu, 29 Mei 2019

BULETIN SEVENTEEN : GERAKAN LITERASI DALAM BUKU ANTOLOGI BERSAMA SISWA DI SMPN 17 KENDARI




MENGAJAR, MENANTANG ZAMAN

SUHARDIN
 

Bumi Rindang, julukan tempat saya bekerja. Menjadi guru adalah takdir kebaikan. Namun mengajar harus sesuai zamannya. Bila tidak kekinian, maka akan tertinggal jauh. Itulah alasan kuat, seorang guru harus terus berpacu dengan waktu, Agar tetap menjadi idola di tengah siswanya.
Milenial menjadi simbol pembelajaran abad ke-21. Fasilitas teknologi menjadi sebahagian syarat bersosialisasi. Tidak mengenal tempat dan waktu. Informasi maupun komunikasi tetap bisa diakses. Inilah tantangan mengajar dan membimbing siswa di jaman new. Sedikit saja saya tertinggal malah balik diajar. Namun bagi saya, lumrah dan tidak perlu malu.
Memanfaatkan komunitas maya mereka, menjadi sebuah solusi. Saya harus berbaur sambil membimbing dan mengajar. Bahasa mereka kadang diluar nalar. Beberapa kadang menyimpang ataupun tidak dimengerti. Tetapi itulah mereka, anak yang tumbuh dijamannya. Fungsi guru kadang terlupakan, jika terlarut arus kata dalam layar sentuh. Seiring waktu, akhrinya terbiasa dan memahaminya. Saya pun menjadi remaja di saat umur hampir setengah abad.
Mengajar sesuai zaman tidak harus meninggalkan budaya. Mengenalkan teknologi jangan sampai menghilangkan adab dan kehidupan keluarga. Memacu pengetahuan dan keterampilan jangan melupakan karakter siswa. Bagimana meramunya menjadi daya tarik siswa? Inilah menjadi tantangan guru dalam medesain teknik maupun strategi pembelajaran yang digunakan.
Saya telah melakukan semampunya. Belum tentu ini yang terbaik. Tidak pula menjadi solusi yang ampuh. Namun inilah sebagian kisah mereka. Menggambarkan alur yang dipilih. Hingga mereka mampu belajar dari keadaannya sendiri.
Banyak kendala yang perlu pertimbangan, namun ini sebuah proses. Kadang berbentur aturan sekolah maupun keinginan orang tua. Saya hanya berucap “masukannya diterima dengan senang hati.” Hal itu merupakan proses belajar memahami mereka walaupun mata dan hati kadang menantang kata ucapan.
Fasilitas yang minim membuat potensi siswa harus dieksploitasi maksimal. Melibatkan keluarga dalam sebuah proyek merupaka salah satunya. Meminimalisir pengaruh kehidupan perkotaan yang semakin sibuk. Ikut menggaungkan kembali kehidupan pendidikan keluarga, melalui tema kebersamaan dengan orang terdekat.
Bukan hanya berbicara sarana, persoalan waktu di sekolah juga menjadi pertimbangan. Mengajarkan sebuah teks prosedural keterampilan memerlukan jam belajar yang banyak. Gerakan literasi sains dan geliat komunikasi komunitas menjadi pilihan. Arahan dan Tanya jawab dituntaskan dalam waktu berbeda.
Berkompetisi menjadi cara lain dalam belajar. Berpacu dengan waktu dan nilai adalah hal biasa. Mengajak mereka berwira usaha kecil-kecilan menjadi warna lain dalam belajar. Butuh desain promosi yang menarik untuk bisa menjual produk di dunia maya. Semua harus terkontrol, oleh karena itu ada beberapa kesepakatan dalam menjalankan bisnis.
Mangajak kawan, keluarga maupun tetangga merupakan cara mereka bekerjasama. Apalagi jika produk dikerjakan berkelompok. Mencari untung bukan hal yang penting. Keceriaan dan kemampuan berkomunikasi serta kerjasama menjadi tujuan utama. Akhirnya semua bermuara pada kebanggaan pada diri sendiri.
Taraf mencipta dalam belajar merupakan tingkatan tertinggi. Bukti yang realistis adalah sebuah buah tangan. Produk yang baik harus kualitasnya bagus. Oleh karena itu ketelitian dan kreativitas menjadi hal yang terpenting. Semuanya memiliki kebebasan yang bersyarat. Hal ini untuk menjaga kompetensi yang harus dicapai. Setiap kriya harus melalui pengamatan proses, produk dan presentase. Tidak semua dilakukan di dalam kelas. Boleh siang maupun malam. Inilah kecanggihan teknologi saat ini.
Beberapa kisah mereka terurai dalam tulisan ini. Saya menghargai semua yang dirangkai dalam kalimat bermakna ini. Saya pun paham ini belum tentu sempurna. Tetapi inilah yang terbaik dari yang pernah ada. Itulah mengapa harus saya hargai untuk menjadu catatan sejarah mereka. Tulisan ini adalah bukti kerja dari sebuah usaha. Tidak semua siswa ingin dan mampu dalam berbuat hal yang sama. Saya pun berani berkata “Kalian adalah siswa luar biasa.”
Menuntun mereka untuk mau menulis, bukanlah perkara mudah. Saya mengakui masih sedikit dangkal dalam berbahasa yang baik maupun benar. Namun sebutir kelebihan akan menjadi buih keberhasilan, jika dibagi dan diajarkan. Berawal dari kisah belajar, menjalani sebuah proses hingga ungkapan perasaan mereka. Semuanya menyatu dalam lembar testimony sederhana ini. Cerita ini menyangkut tantangan dari sebuah perjuangan menuju jalan keberhasilan.
Kesempatan memang harus dimanfaatkan. Dikala bersua dengan orang tua mereka, saya pun bertutur dengan singkat untuk beberapa hal. Bercerita tentang apa yang pernah dan akan kami lakukan. Semuanya bertujuan untuk kebaikan bersama.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELAS BERCERITA DALAM TAMU SAGA

  Bukan Pelajaran Bahasa atau Seni. Ini tentang sains dalam mendorong numerasi dan literasi dilingkungan sekolah. Ketika rapor pendidikan me...