Rabu, 08 April 2020

BULETIN SEVENTEEN : CERITA INSPIRASIKU - Cahaya dari Ruang Kelas Bagian 2



SEPENGGAL KISAH DI SEVENTEEN

Banyak cara mensyukuri nikmat yang diberikan Illahi Rabbi. Salah satunya dengan jalan berbagai. Rezeki dana tunjangan profesi membuka jalan untuk berihtiar. Berkah ini memang anugerah bagiku. Banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan bersyukur bersama siswa di sekolah. Menyisihkan sebahagian untuk berbahagia bersama. Walaupun untuk meraihnya butuh perjuangan. Kadang butuh dua hingga tuga sekolah untuk bisa mendapatkannya. Tapi itu kisah dilain hari.
Inilah kumpulan kisah kami saat tertawa, bersitegang hingga menyeka tetesan keringat. Mereka adalah sahabat terbaik, walaupun rentang umur kami terpaut jauh. Kurcaci kecil yang penuh semangat meraih cita. Itulah, mengapa aku sebut para pahlawan kecilku. Mereka adalah keluarga di bumi rindang. Sekolah yang kami anggap tempat rekreasi. Segala ide maupun kreasi bisa dikembangkan. Itulah mengapa siswa-siswa itu ku anggap sebagai padi dan ladangnya tanah seventeen. Jika terpelihara baik, bulirnya akan bermanfaat bagi banyak orang.
Melihat semangat mereka, akupun tak kuasa untuk turut berkorban. Bekerja tidak sebatas jam kerja. Menyisihkan sedekah kecil untuk melihat senyuman bahagia, saat karya ini lahir. Telah lama mereka menanti kerja kerasnya. Walaupun banyak kekurangan yang aku miliki, namun aku tetap berupaya menjadi sandaran semua keluh kesah mereka. inilah hasilnya, sebuah buku antologi yang memuat segala usaha yang telah dilakukan.
Sudah tiga generasi, padi ini terus dipelihara diladang yang sama. Aku kumpulkan mereka pada komunitas menulis seventeen. Empat buah buku telah diterbitkan. Banyak yang berubah. Namun hal positif terus digapai. Harapan kecilku, semoga lembagaku mau menampung karya ini sebegai refernsi sekolah. Sudah dua musim, padi itu aku yang menanamnya sendiri. Namun upaya ini aku tekadkan agar tak terhalang kabut, berbuat sajalah, nanti jalan Allah yang menentukan.
Agar mereka semangat, kuberi sesuatu untuk bulir padi terbaik. Aku cari recehan yang tersisa untuk membeli cendramata. Walaupun kecil namun yang penting berkesan. Kelak ini akan jadi benih padi yang unggul.
Inilah sepenggal kisah mereka.
Mendesain adalah cara belajar kami. Aspek kearifan local, salah satu acuannya. Inilah upaya melestarikan budaya Sulawesi Tenggara. Keterampilan menjadi sorotan pembelajaran. Olehnya itu pemanfaatan teknologi dan kreativitas sangat memegang peranan penting. Berkerasi menurut nalar dan keinginan sendiri. Diskusi virtual, penjulan on line, desain melalui PicsArt, teknik fotografi, editing, rangkaian listrik statis hingga penggunaan laptop ataupun aplikasi handphone merupakan sebahagian pemanfaatan teknologi dalam belajar. Pembelajaran tidak hanya di ruang kelas. Industri rumah tangga, pasar, lingkungan alam, ruang terbuka hijau dan kebersamaan di keluarga menjadi alternatif yang menyenangkan. Memasak dengan cinta di keluarga menjadi upaya menjalin kebersamaan dengan orang tercinta. Programnya berupa sarapan pagi bersama di sekolah. Semua itu termuat dalam kisah kecil mereka. Ada yang unik, lucu dan penuh cinta. Mungkin ini hal yang biasa, tetapi bagi kami, adalah sesuatu yang berarti. Semua kami rangkai di sebuah sekolah yang berjulukan “Seventeen.”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELAS BERCERITA DALAM TAMU SAGA

  Bukan Pelajaran Bahasa atau Seni. Ini tentang sains dalam mendorong numerasi dan literasi dilingkungan sekolah. Ketika rapor pendidikan me...