Senin, 13 Juli 2020

BULETIN SEVENTEEN : Cerita Inspirasku - Melatih Sabar dengan Ikhlas




Hujan masih deras, beberapa kali cahaya kilat melintas sesar dilangit hitam. Walaupun basah, Pak Reno masih duduk dipelepah kelapa. Dentuman riak ombak menemaninya. Sesekali matanya menatap jauh dikakilangit. Terlihat kekecewaan dari raut wajahnya. Tanpa senyuman dan ujung keningnya sedikit berkerut.

Tiba-tiba kepalanya menegadah. Sebuah payung datang menaunginya.

“Reno…pulanglah. Kamu bisa kedinginan.” Kata Yuni.
 Dia hanya meraih tas lusuhnya lalu menyerahkan pada kekasihnya itu.
“Ayolah Ren!”
Ajakan Yuni akhirnya dituruti. Tangannya gemetar saat berupaya meraih tangan tambatan hatinya.
“Aku dingin Yun.”
“Nah…ayo cepatlah, sebelum kamu membeku.”

Langkah kedua insan muda itu makin cepat. Sesekali mereka harus berhenti. Pak Reno susah mengatur langkahnya.
“Berpeganglah Ren.”
“Apakah kamu kuat memapahku?”
“Kenapa sih kamu selalu ragu.”

Baru beberapa langkah…
“Nah, apa ku bilang.”
“Tidak apa-apa Ren, asal kamu mau pulang….tak apalah.”
“Kamu tidak apa-apa?”
“Hanya basah kok.”

Setelah meneguk teh panas, Pak Reno mulai membuka tas lusuhnya. Beberapa berkas dikeluarkan dengan hati-hati. Kertas yang basah bukan hanya akibat siraman hujan. Tanpa sengaja bulir air matanya jatuh. Kejadian itu berulang terus. Kesedihannya tidak tertahan saat melepaskan rekatan setiap lembar kertas itu.

“Ren…sabar ya.”
Guru muda itu hanya menggangguk.
“Jika aku yang rasakan, rasanya tidak kuat.” Sambung Yuni.
“Entalah apa yang merasuki pikiran mereka.”
“Sudalah, jangan diperpanjang lagi.”
“Tapi Yun…aku harus cerita.”
“Memangnya kenapa Ren?”
“Coba kamu lihat surat ini.”

Setelah membacanya, Yuni pun menatap kekasihnya itu.
“Sabarlah, Allah tidak tidur. Banyak harapan yang masih bisa kamu gapai.”
“Tapi…”
“Ren…banyaklah bersyukur.”
“Yun…”
“Sudalah, ikhlaskan lalu bersujudlah.”
“Pekerjaan manusia itu, Tuhan yang mengaturnya.”

Setelah menarik napas panjang, guru muda itu bangkit. Lama dia menatap wajah yang selalu dirindukan itu.

“Nah….begitu dong. Senyumanmu itu yang ku suka.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELAS BERCERITA DALAM TAMU SAGA

  Bukan Pelajaran Bahasa atau Seni. Ini tentang sains dalam mendorong numerasi dan literasi dilingkungan sekolah. Ketika rapor pendidikan me...