Kamis, 11 Februari 2021

BULETIN SEVENTEEN : Pekerja Seumur Jagung (Kisah Pembelajaran Daring 2)

 

Darman datang bersama kakaknya siang itu. Ayahnya baru saja meninggal akibat kecelakaan kerja. Ibunya tidak bisa mengantarnya. Adiknya masih berumur tiga bulan sehingga masih membutuhkan sentuhan seorang ibu sepanjang hari. Konsultasi siang itu, membuatku merenung.

“Kamu kemana saja selama ini nak.” Tanyaku pada Dirman.

“Tinggal di lokasi tambang pak.”

“Kamu kerja?”

“Iya pak.”

“Wah, pantas saja semester lalu kamu tidak bisa belajar baik.”

“Maaf pak, itu semua karena terpaksa.”

“Terpaksa atau ikut-ikutan.”

“Terpaksa pak.”

“Memangnya siapa yang mengajakmu ke sana?”

“Paman saya pak.”

“Paman sungguh?”

“Iya pak.”

“Pamanmu tau kamu sedang bersekolah?”

“Iya pak.”

“Lantas apa alasannya mau membawamu ke wilayah tambang?”

“Tidak tau pak. Dia mengajak, aku lalu ikut. Itu saja pak.”

“Badanmu yang kecil, apakah mampu menghadapi kerasnya kehidupan tambang?”

“Harus bisa pak. Sayapun sudah bekerja selama tiga bulan.”

“Perusahaan itu tidak bertanya tentang umurmu?”

“Tidak.”

“Kamu sepertinya kerasan kerja nak.”

“Gajinya sih, gede pak.”

“Memang berapa perbulan?”

“Tiga juta lima ratus.”

“Tapi kamu harus bayar penginapan dan makan bukan?”

“Tidak pak. Itu semua bersih diterima.”

“Wah, kamu sudah terpengaruh dengan uang nih.”

“Tidak pak. Saya masih mau sekolah.”

“Lantas, setelah ini kamu mau ke sana lagi kan?”

“Tidak pak.”

“Kenapa?”

“Ibuku sudah melarang pak. Aku disuruh sekolah dulu hingga tamat.”

“Seharusnya, dia melarangmu sejak awal.”

“Tidak bisa pak. Kami butuh uang waktu itu.”

“Memangnya uangnya untuk apa?”

“Membayar utang keluarga yang sudah menumpuk.”

Aku pun berbalik pada kakaknya.

“Berapa sih utang keluarga kalian?”

“Sekitar dua puluh lima juta pak.”

“Waduh banyak amat.”

“Iya pak. Itulah sebabnya kami semua bekerja.”

“Semua bagaimana?”

“Saya sekarang berjualan kue, ibu saya menjahit, adik serta kakak menjadi buruh.”

“Lantas semua telah lunas sekarang?”

“Belum pak.”

Aku tidak bisa berkata-kata lagi tentang derita mereka. Setelah memeriksa tugas pengganti dan memberi nilai ketuntasan, mereka pun pamit untuk pulang. Pemilik kendaraan sudah dua kali menelpon. Dia memiliki urusan penting siang itu. Rupanya motor yang digunakan adalah pinjaman dari tetangganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELAS BERCERITA DALAM TAMU SAGA

  Bukan Pelajaran Bahasa atau Seni. Ini tentang sains dalam mendorong numerasi dan literasi dilingkungan sekolah. Ketika rapor pendidikan me...