Darman
datang bersama kakaknya siang itu. Ayahnya baru saja meninggal akibat
kecelakaan kerja. Ibunya tidak bisa mengantarnya. Adiknya masih berumur tiga
bulan sehingga masih membutuhkan sentuhan seorang ibu sepanjang hari.
Konsultasi siang itu, membuatku merenung.
“Kamu
kemana saja selama ini nak.” Tanyaku pada Dirman.
“Tinggal
di lokasi tambang pak.”
“Kamu
kerja?”
“Iya
pak.”
“Wah,
pantas saja semester lalu kamu tidak bisa belajar baik.”
“Maaf
pak, itu semua karena terpaksa.”
“Terpaksa
atau ikut-ikutan.”
“Terpaksa
pak.”
“Memangnya
siapa yang mengajakmu ke sana?”
“Paman
saya pak.”
“Paman
sungguh?”
“Iya
pak.”
“Pamanmu
tau kamu sedang bersekolah?”
“Iya
pak.”
“Lantas
apa alasannya mau membawamu ke wilayah tambang?”
“Tidak
tau pak. Dia mengajak, aku lalu ikut. Itu saja pak.”
“Badanmu
yang kecil, apakah mampu menghadapi kerasnya kehidupan tambang?”
“Harus
bisa pak. Sayapun sudah bekerja selama tiga bulan.”
“Perusahaan
itu tidak bertanya tentang umurmu?”
“Tidak.”
“Kamu
sepertinya kerasan kerja nak.”
“Gajinya
sih, gede pak.”
“Memang
berapa perbulan?”
“Tiga
juta lima ratus.”
“Tapi
kamu harus bayar penginapan dan makan bukan?”
“Tidak
pak. Itu semua bersih diterima.”
“Wah,
kamu sudah terpengaruh dengan uang nih.”
“Tidak
pak. Saya masih mau sekolah.”
“Lantas,
setelah ini kamu mau ke sana lagi kan?”
“Tidak
pak.”
“Kenapa?”
“Ibuku
sudah melarang pak. Aku disuruh sekolah dulu hingga tamat.”
“Seharusnya,
dia melarangmu sejak awal.”
“Tidak
bisa pak. Kami butuh uang waktu itu.”
“Memangnya
uangnya untuk apa?”
“Membayar
utang keluarga yang sudah menumpuk.”
Aku
pun berbalik pada kakaknya.
“Berapa
sih utang keluarga kalian?”
“Sekitar
dua puluh lima juta pak.”
“Waduh
banyak amat.”
“Iya
pak. Itulah sebabnya kami semua bekerja.”
“Semua
bagaimana?”
“Saya
sekarang berjualan kue, ibu saya menjahit, adik serta kakak menjadi buruh.”
“Lantas
semua telah lunas sekarang?”
“Belum
pak.”
Aku
tidak bisa berkata-kata lagi tentang derita mereka. Setelah memeriksa tugas
pengganti dan memberi nilai ketuntasan, mereka pun pamit untuk pulang. Pemilik
kendaraan sudah dua kali menelpon. Dia memiliki urusan penting siang itu.
Rupanya motor yang digunakan adalah pinjaman dari tetangganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar