Surya lahir di Mandonga. Kiprahnya di tanah
kelahirannya menjadi mutasi abdi dari luar pulau. Jabatan yang diemban bukan
permintaan. Kariernya dimulai pada bagian personalia perusahaan. Ide dan
gagasannya banyak dipakai dalam kemajuan tempatnya
bekerja. Unitnya menjadi maju dan membawa harum nama instansinya. Beberapa kali
jabatannya berpindah. Kebanyakan untuk membenahi kelemahan dan kesalahan yang
dibuat orang lain.
Bukan
hanya menyelesaikan masalah, inovasi kerjanya mampu memberikan nilai positif. Perusahaan
itupun mulai terkenal. Tidak hanya di Indonesia, bahkan manca negara. Walaupun
hanya berstatus sarjana biasa, namun Surya tidak canggung bergelut dengan
kawannya yang magister bisnis, pemasaran maupun manajemen. Penghargaan dan
piala kemenangan kompetisi mulai memenuhi lemari. Atasannya pun mampun meraih
top competition a ward. Bahkan tidak sekali, tangan dinginnya mampu memoles beberapa
artikel dan proposal berkualitas tinggi. Sehingga proyek baru maupun kemenangan
kompetisi dapat diraih atasannya.
Bimbingan
pengabdian masyarakat dan rekan sejawatnya juga menampakkan hasil. Bukan hanya lembaga
atau atasannya, kini masyarakat dan rekan kerja mampu meraih mimpi. Senyum dan
kebahagiaan merekalah yang membuatnya tersadar. Surya tidak ingin hanya menjadi
penjaga gawang, penonton atau pelatih semata. Mimpinya menjadi tinggi untuk
bermain di lapangan tengah. Keinginan yang muncul dipermukaan itulah, menjadi
awal tantangan hidupnya.
Satu
demi satu prestasi digegamnya. Namun kenyataan lain harus diterimanya. Beberapa job penting mulai hilang dari meja kerjaanya. Tingkat kepercayaan padanya juga
menurun. Bahkan “pekerjaan di lahan basan” makin menghilang. Bagian yang berat
kini menjadi tanggung jawabnya. Jika ringan dan berduit itu bukan miliknya. Sifat
sosialnya yang tidak bisa hilang, membuatnya tetap menyisihkan sebagain
rezekinya. Dana itu dipakai untuk menopang kegiatan yang dilakukannya.
Setelah
sekian kali mendapat penghargaan, kisah keuletannya akhirnya sampai ke kantor
pusat. Surya pun dinobatkan sebagai karyawan Inovatif se-Indonesia. Bukan hanya
dia, beberapa orang dari se-antero negeri juga mendapatkan hal yang sama. Inilah
jembatan sehingga penghargaan negara akhirnya diperolehnya. Tetapi suasana
hatinya tidak senang. Jika yang lain mendapatkan promosi, Surya mendapat
keresahan hati. Baru saja tanda kehormatan itu terpasang, rekan kerjanya
mengirimkan berita yang tak terduga. Surya akhirnya dimutasi ke perusahaan yang
jauh dan terpencil. Bukan hanya itu, dia pun menjabat sebagai tukang sapu di
kantor barunya.
Menutupi
kebutuhan hidupnya, Surya pun bekerja sampingan. Kolega dan keluarganya
membantunya untuk bangkit. Keputusasaanya memang tidak nampak. Ceria dan selalu
memotivasi menjadi sifat baiknya. Walaupun air mata jatuh tersembunyi.
Menjemput kabut pagi adalah suasana keluar rumah menjemput rezeki. Ketika
pulang, kumandang adzan magrib menyambutnya. Jadi jangan tanya lelah, kadang
senyum saja, kadang dipaksakan.
Banyak
orang kaget dengan kejadian itu. Berbagai negosiasi dilakukan. Bukan hanya
bersifat internal, beberapa lembaga juga terlibat. Alasannya, penyebab
mutasinya tidak jelas. Walaupun usaha itu berbuah manis namun rasa kecut
terkecap jelas di lidah. Surya hanya bisa bersinar sebagai karyawan biasa
ditempatnya bekerja. Tetapi itu tidak menyurutkan semangatnya untuk berkaya sambil
berprestasi. Jalan lain yang ditempuhnya membuahkan hasil. Surya pun akhirnya
bisa memberi cahaya dari sisi lain hidupnya. Walaupun harga pengabdiannya selama
ini dipandang sebelah mata oleh orang lain. Mungkin Inilah doa kedua orang
tuanya. Nama Surya bukan keabadian, tetapi harapannya mampu mencerahkan. Memberi
cahaya agar bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Semoga suatu saat orang dalam
kegelapan itu akan mencari surya penerangnya. “Surya, sinarmu adalah harapan.”
Kata Ibunya, dalam ceritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar