“Kamu
temui dulu Pak Suhardin secepatnya ya!” Kata Wali Kelasku.
Begitulah
titah orang tua kelasku. Guru yang selalu memberikan informasi tentang masalah
yang terjadi dikelas. Hari Sabtu menjadi pilihan waktu untuk menemuinya. Harapannya,
orangtuaku memiliki waktu lowong. Ini “tanggal tua” artinya waktu diakhir-akhir
bulan. Jam depalan pagi tanggal 19 Juni 2021, aku sudah berada di sekolah.
Sangat sedikit orang saat itu. Hal ini karena dilakukan pembatasan kegiatan.
Mengecek suhu dan melewati ruang sertrilisasi menjadi kegiatan awal masuk di
pintu gerbang sekolah.
Hari
ini, aku ditemani ibu. Itu menjadi syarat untuk menghadap pada Pak Guru. Itulah
alasanya untuk tidak datang sendiri ke sekolah. Rasa syukur dengan mengucapkan
“Alhamdulillah” karena bisa datang ke sekeloah dengan selamat. Guru
menyampaikan, jika dengan pendamping maka aku tidak bisa ke mana-mana setelah
berurusan. Akibat kondisi wabah yang belum usai, dia pun menyerankan untuk
tetap mengenakan masker selama berada di sekolah. Jaraknya pun harus jauh.
Minimal satu meter setiap orang jika duduk berdekatan.
Hanya
sayang, saat akan berkonsultasi guruku harus mengikuti rapat terlebih dahulu.
Menunggunya diruang terbuka hijau menjadi pilihan. Beberap saat kemudian, kami
dipersilahkan bersantai di ruang guru. Betapa senangnya melihat sosok guruku
masuk dari pintu samping. Akhirnya ibuku menemuinya untuk berkonsultasi.
Aktivitas
dan cara belajarku ditanyakan. Hambatan yang dialami dalam pembelajaran juga
diutarakan oleh ibuku. Bagaimana memanfaatkan handphone? Kondisi jaringan
internet dan paket data juga menjadi catatan guruku. Dia selalu menuliskan
sesuatu dibuku hijau besarnya setelah bertanya pada kami. Alamat dan nomor
kontak orang tua pun ditulisnya. Tidak lupa beliau menceritakan hal-hal penting
dalam pembelajaranku selama ini.
Wah,
sayang sekali. Setelah memeriksa tas, buku catatanku terlupa di rumah. Ibuku
akhirnya memberikan saran untuk pulang mengambilnya. Untung saja rumah dekat
dengan sekolah. Tidak membutuhkan waktu lama untuk datang kembali ke tempat
semula.
Nilai
yang kurang akhirnya mendapatkan jalan keluar untuk menuntaskannya. Setelah
memeriksa buku catatanku, dia lalu memberi nilai untuk kerja kerasku. Tanda
tangan dan catatan kecil dibubuhkan dalam buku tersebut. Bagiku ini menjadi
pelajaran agar kedepanya dapat menjadi lebih baik. Akhirnya kami pun pamit untuk
pulang. Tidak lupa beliau menyarankan untuk membasuh kedua tangan dengan cairan
pembunuh kuman sebelum meninggalkan ruang.
Begitulah
pengalamanku, saat bertemu guru Prakaryaku. Dia Bernama Pak Suhardin. Setelah
setahun belajar secara “daring” akhirnya hari ini bisa bertemu muka dengannya.
Terimaksih guruku, kini aku bisa tersenyum lebar. Keluh kesahku tentang
ketuntasan materi pelajaran telah mendapatkan jalan keluarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar