Minggu, 05 September 2021

BULETIN SEVENTEEN : SMPN 17 KENDARI MEMULAI PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS

 


Sejak pagi jalan masuk sekolah padat merayap. Jalan yang sempit tidak dapat menampung hilir mudik kendaraan orang tua siswa. Silih berganti motor maupun mobil keluar masuk menurunkan penunpang. Begitulah gambaran saat memasuki sekolah. Hari ini (6/9) merupakan pembukaan sekolah sejak pandemic covid-19 melanda Kendari.

Bersamaan dengan sekolah lain, SMPN 17 Kendari mulai mengadakan pembelajaran tatap muka terbatas. Hanya 30% dari jumlah siswa yang bisa belajar hari ini. Selebihnya dihari yang lain. Itulah penyebutannya menjadi terbatas. Sesuai jadwal, setiap kelas dibagi dua kelompok. Kelompok A akan bersekolah pada hari Senin dan Rabu bagi kelas IX dan VIII. Kelompok B akan masuk di hari Selasa dan Jumat. Khusus kelas VII mendapat keistimewaan pada hari Kamis dan Sabtu tanpa pembagian kelompok. 



Sesuai instruksi pembelajaran yang dikeluarkan, jam belajar hanya 35 menit setiap mata pelajaran. Masuk pada jam 07.30 hingga 10.35 WITA. Itulah yang diaungkapkan kepala sekolah saat pertemuan teknis dua hari sebelumnya.

Suasana hari pertama tanpa kendala. Setiap siswa harus melalui pemeriksaan suhu tubuh, mencuci tangan dan pengawasan penggunaan masker selama di lingkungan sekolah. Bekal menjadi tentengan tambahan siswa. Hal ini disebabkan kantin sekolah belum dizinkan untuk beroperasi. Hanya sepuluh menit para siswa untuk beristirahat. Kurang lebih lima mata pelajaran yang diikuti setiap hari.

Aisyah sangat senang bisa belajar langsung di sekolah. Menurutnya, belajar daring banyak kendala. Mulai dari jaringan, memori handphone, kesulitan berkunsultasi hingga repot dengan urusan pekerjaan rumah.  Amar hampir senada memberikan komentar. Baginya, daring cukup memusingkan dengan tugas yang menumpuk. Namun Irda berkata lain. Saya senang belajar dari rumah, bisa santai dan mengatur wantu sendiri untuk belajar. Begitulah ungkapan beberapa siswa saat ditanya tentang masuk sekolah dihari pertama.



Pihak sekolah selalu menghibau untuk mematuhi protocol kesehatan dan mencegah kerumunan. Apel pagi pun ditiadakan. Penyediaan anti septic atau hand sanitezer setiap kelas terus dipantau. Pencatatan suhu dan sterilisasi tubuh dilakukan di pintu masuk. Setiap kelas terisi 15 hingga 16 siswa dengan jarak bangku dan meja lebih dari satu meter. Begitulah pantauan yang terlihat saat proses belajar mengajar di hari pertama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELAS BERCERITA DALAM TAMU SAGA

  Bukan Pelajaran Bahasa atau Seni. Ini tentang sains dalam mendorong numerasi dan literasi dilingkungan sekolah. Ketika rapor pendidikan me...