Karakteristik tumbuhan lumut dan paku
Kedua tanaman ini dapat melakukan
fotosintesis. Artinya bisa memproduksi makanannya sendiri karena memiliki
klorofil atau zat hijau daun.
Lumut merupakan tumbuhan Bryophyta karena tidak
memiliki daun, batang dan akar sejati. Hanya memiliki rhizoid sebagai akar, pembuluh
angkutnya berupa sel parenkim dan memiliki daun yang sangat kecil. Berbeda
dengan tanaman paku yang tergolong Thallophyta (Thallus) yang telah memiliki
daun, batang dan akar sejati. Pembuluh angkutnya berupa xylem dan floem. Daun
tanamannya menggulung dan akar berupa rhizoid bisa terbenam dalam tanah.
Kedua tanaman ini hidup pada tempat yang
lembab. Tanaman paku biasa dijumpai sebagai epifit (menempal) pada batang
tanaman lain atau bahan organic tanaman yang telah mati atau sampah organic (saprofit).
Tanaman lumut bisa ditemui pada tembok, sumur atau batuan yang lembab atau
sedikit terlindungi. Para penjelajah bisa menggunakan tanaman ini sebagai
kompas alam.
Ukuran tanaman paku jauh lebih besar dibanding
lumut. Jika lumut hanya mencapai satu hingga 20 cm, tanaman paku bisa tumbuh
hingga setengah bahkan satu meter. Tanaman hias seperti suplir dan bunga berdoa
adalah contoh tanaman paku. Keduanya tidak memiliki bunga dan biji. Alat
perkembangbiakannya dengan menggunakan spora. Kedua tanaman ini mengalami metagenesis.
Artinya mengalami pergiliran keturunan dengan dua fase perkembangbiakan yakni sporofit/tidak
kawin dan gametofit/kawin.
Terdapat perbedaan menyolok metagenesis pada
kedua jenis tanaman ini. Tumbuhan paku yang dilihat sehari-hari adalah fase
sporofit. Sedangkan, jika kalian melihat lumut yang menempel pada batuan itu
merupakan fase gametofitnya. Apakah perbedaan sporofit dan gametofit?
Fase pembentukan spora disebut sporofit. Fase
ini bersifat aseksual atau tidak melakukan peleburan sel (tidak kawin). Sifat
selnya diploid artinya masih memiliki dua sel dalam kromosomnya. Fase gametofit
merupakan tahap pembentukan gamet atau alat kelamin (sel sperma dan ovum). Fase
ini bersifat seksual atau kawin. Sifat selnya haploid artinya memiliki seperdua
atau seperuh dari sifat induknya.
Selain kedua fase tersebut, terdapat istilah-istilah
yang perlu dipahami dalam metogenesis (pergiliran keturunan) tanaman paku dan
lumut.
1.
Mikrospora : Spora berukuran
kecil sebagai penghasil sel kelamin jantan (sel sperma)
2.
Makrospora : Spora berukuran
besar sebagai penghasil sel kelamin betina (sel telur)
3.
Protalium : Generasi gametofit
tumbuhan paku sebagai penghasil sel kelamin jantan dan berina.
4.
Anteridium : Penghasil sel jantan
(sel sperma)
5.
Arkogonium : Penghasil sel
kelamin betina (sel telur)
6.
Sel sperma / spermatozoid : Sel
kelamin jantan
7.
Sel telur : Sel kelamin betina
8.
Makrosporangium : Penghasil
makrospora (spora ukuran besar) yang akan tumbuh menjadi protalium betina.
9.
Mikrosporangium : Penghasil mikrospora
(spora ukuran kecil) yang akan tumbuh menjadi protalim jantan.
10.
Protonema : Tahap awal
pertumbuhan lumut yang berasal dari spora
11.
Sporogonium : Hasil pertumbuhan
zigot pada lumut yang berupa kotak spora berbentuk kapsul
12.
Sporangium : tempat pembentukan
spora pada fase sporofit tanaman lumut
13.
Zigot : Sel yang terbentuk dari
hasil peleburan sel kelamin jantan (sel sperma) dan sel kelamin betina (sel
ovum)
14.
Diploid (2n) : Sel yang memiliki
gen penuh dari kedua induknya
15.
Haploid (n) : sel yang memiliki
gen separuh dari induknya
Siklus hidup tanaman paku
Tumbuhan paku yang terlihat merupakan fase
sporofit sehingga bersifat heterospora (spora yang dikandunganya berbada –
jantan dan betina). Tanaman ini akan menghasilkan spora jantan dan betina.
Tahap ini fase sporofit dimulai dengan sel yang bersifat diploid (2n). Selanjutnya
akan membentuk dua jenis sporangium yakni Mikrosporangium dan makrosporangium. Mikrosporangium
akan membentuk mikrospora sedangkan makrosporangium akan membentuk makrospora.
Fase ini merupakan akhir dari generasi sporofit. Fase gametofit dimulai dengan
pembentukan protalium. Protalium jantan berasal dari mikrospora sedangkan
protalium betina berasal dari makrospora. Anteridum kemudian dibentuk dari
protalium jantan dan arkogonium berasal dari protalium betina. Anteridium akan
menghasilkan sel sperma atau spermatozoid dan arkogonium akan menhasilkan sel kelamin
betina atau sel telur. Peleburan kedua sel ini akan menghasilkan zigot sebagai
bakal individu baru tumbuhan paku. Inilah tahap akhir generasi gametofitnya.
Tumbuhan pun akan berkembang menjadi dewasa sebagai generasi sporofit kembali.
Siklus pun akan berjalan seperti semula.
Siklus hidup tanaman lumut
Berbeda dengan tanaman paku, tumbuhan lumut
yang terlihat dalam kehidupan kita merupakan fase gametofit. Tumbuhan dewasa yang
bersifat gametofit akan menghasilkan anteridium dan arkogonium. Sel kelamin
jantan atau sperma akan dihasilkan melalui anteridium sedangkan arkogonium membentuk
sel kelamin betina atau sel telur. Peleburan kedua sel ini akan menghasilkan
zigot yang bersifat diploid (2n). Inilah tahap akhir generasi gematofitnya.
Selanjutnya tumbuhan lumut akan beralih pada generasi sporofit. Tahap ini
dimulai dengan pembentukan sporogonium. Bagian ini akan membentuk sporangium.
Inilah tempat pembentukan spora pada fase sporofit tanaman lumut. Spora ini sudah
bersifat haploid. Setelah spora terbentuk maka akan berkembang menjadi
protonema (tumbuhan lumut muda). Selanjutnya berkembang menjadi tumbuhan lumut
dewasa yang masih bersifat haploid (n). Fase ini akan kembali lagi pada tahap
pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar