Selasa, 23 Juli 2024

BERDIFERENSIASI DI UJUNG TELUK

 


Usai paparan materi, baru diri tersadar akan sebuah hal. Sekolah ini pernah menjadi jalan dalam menyusun skripsi dua puluh lima tahun lalu. Sebagai sampel, dua kali bertandan di warna putih abu-abu ini. Kini hadir kembali setelah melalang buana di wilayah lain pada bumi anoa.

 

Kemurahan hati Pak Irwan, kefakuman diri dalam berkegiatan selama ini menjadi cair. Namun sambutan hangat Pak M. Akil selaku kepala sekolah membuat diri bertambah ragu. Apakah keinginan dan tujuan mereka dapat dipenuhi? Kebiasaan berdiri didepan orang banyak mulai langka terjadi. Apalagi forumnya ilmiah setingkat diatas sekolahku. Duduk didepan bersama pimpinan sekolah membuatku tertunduk malu. Paparan curriculum vitae yang diberikan menambah bebanku hari itu. Sosok yang kharismatik itu juga mengungkapkan keadaan lembaganya. Berlabel sekolah penggerak membuatku mulai sedikit khawatir jika materi yang akan disampaikan akan berulang.

 

Deretan prestasi dan pencapaian yang dibacakan hampir saja membuat mata berkaca-kaca. Kocak dan kelakar yang memecah suasana membuat diri memberanikan untuk tersenyum kecil. Sesaat kemudian ruangan mulai hening. Salam dan sapaanku memecah di seisi ruangan. Awal yang agak kaku, lambat laun menjadi cair dalam suasana ruang guru. Partisipasi peserta dan tayangan video dengan suara keras membuat diriku mulai menemukan semangat. Saat bersamaan, aku mulai merasa pulang ke rumah sendiri. Semenjak terangkat, sosok guru SMA telah melekat dijabatan pengajar. Lima  tahun mengabdi lalu beralih di jenjang SMP.

 


Walaupun masih tahap belajar. Rupanya permasalahan implementasi kurikulum merdeka hampir sama dengan di rumah sendiri. Sesuai konsepnya dalam berbagi pembelajaran berdiferensiasi, akupun bercerita tentang kisahku di Bumi Seventeen. Membagi pengalaman dengan video yang pernah dibuat, membuat suasana terlihat menantang. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang terlontar dengan bobot yang luar biasa. Sebagaian bisa diberikan solusi. Selebihnya dikenbalikan pada aset dan lingkungan pengaruh yang dimiliki oleh pengajar, siswa, orang tua maupun pihak sekolah untuk kolaborasinya.

 

Kata kunci permasalahan setiap guru ditulis pada sticky note. Aku membacanya satu persatu saat tayangan video terakhir berlangsung. Rasa syukur terucap dalam hati. Semua telah terjawab dalam paparan, tayangan dan tanya jawab selama dua jam kegiatan hari ini. Begitu pula kata kunci pemahaman peserta. Beberapa kata yang ditulis di white board itu, satu persatu diimplementasikan dalam kegiatan berbagi praktik baik ini.

 

Tanpa terasa matahari mulai meninggi. Seirama dengan arah jarum panjang jam dinding yang hampir menyentuh angka sebelas. Usai tanya jawab, Kepala SMAN 3 Kendari menutup kegiatan hari ini. Sayapun masih ragu, namun tetap berharap yang terbaik. Semoga yang dibagi menjadi amal jariyah dan segala kekurangannya menjadi kelemahan diri. Permohonan maaf dan terima kasih melalui ungkapan kalimat bermakna menutup kegiatan siang itu.

 

“Beliau jika pulang kampung sering lewat dekat sekolah ini.” Ungkap Pak Akil. Aku baru tersadar jika Lokasi sekolah ini di Ujung teluk Kendari. Kurang lebih satu jam menempuhnya dari kediaman dengan sepeda motor. Perjalanan pulang yang lamban tidak membuat hal lain menjadi terlambat. Sayup pengantar azan yang terdengar membuatku bersyukur. Jumat berkah hari ini, semoga bisa menjadi berkah dalam berbagi praktik baik.



BERDIFERENSIASI DI UJUNG TELUK

  Usai paparan materi, baru diri tersadar akan sebuah hal. Sekolah ini pernah menjadi jalan dalam menyusun skripsi dua puluh lima tahun lalu...